PEKANBARU – Wajah Dr H Emrizal Pakis terlihat serius. Di atas podium, Ketua KONI Provinsi Riau itu memaparkan betapa pentingnya pengembangan prestasi olahraga dengan memanfaatkan teknologi. Untuk itu, sports science harus ada dan menjadi labolatorium pengembangan prestasi.
Emrizal mengungkapkan hal itu saat membuka pelatihan pelatih dengan tema “Pelatihan Mental dan Peningkatan Keterampilan Pelatih dalam Pembinaan Kondisi Fisik Atlet KONI Provinsi Riau Tahun 2015” di Hotel Ratu Mayang Garden Pekanbaru, Kamis (21/5/2015). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Penataran (Diklatar) KONI Riau, berlangsung hingga Sabtu (23/5) malam.
Sekitar 90 pelatih dari 44 cabang olahraga mengikuti pelatihan ini. Para instruktur pelatihan ini adalah Dr Dikdik Zafar Sidik MPd, dosen Fakultas Pendidikan Pelatihan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang akan memberikan materi tentang program latihan atlet dan penyusunan program latihan.
Dikdik secara rinci memberikan materi bagaimana membuat program latihan fisik kepada atlet. Kata Dikdik, pada dasarnya, semua cabang olahraga lapangan memiliki dasar latihan fisik yang sama. Hanya saja, dalam pengembangannya nanti disesuaikan dengan cabang olahraga masing-masing secara spesifik.
Dalam materi yang disampaikan, Dikdik membuat silabus lengkap yang bisa langsung diaplikasikan kepada altlet. “Ini dasarnya, nanti secara spesifik bisa dikembangkan ke latihan fisik masing-masing cabang olahraga. Tapi pedoman umum ini penting,” ujar Dikdik.
Instruktur lain dalam kegiatan ini adalah Dr Rizki dari Universitas Riau (Unri) yang akan memberikan materi tentang sircuit trainning and airobic sircuit tainning; dan Syamsiah Fadillah Spi dengan materi psikologi olahraga.
Pentingnya Teknologi
Sebelum membuka acara, Emrizal menegaskan pentingnya teknologi dalam meningkatkan prestasi atlet. Di banyak negara, teknologi sudah digunakan dalam mendeteksi dini apakah seorang calon atlet yang ditemukan kelak memiliki postur yang bagus (terutama untuk cabang olahraga yang memerlukan postur tinggi seperti bolavoli atau basket) atau stamina yang kuat. Jika teknologi yang digunakan bisa mendeteksi itu, maka sejak dini si atlet sudah bisa diarahkan cabang apa yang pas untuk si atlet.
Di bagian lain, Emrizal juga menjelaskan bahwa beberapa daerah di Indonesia sudah mengembangkan teknologi ini. Jawa Timur, misalnya, yang sudah memiliki sports science yang bagus dan menjadi salah satu tempat banyak daerah belajar, malah sudah mengembangkan teknologi dalam mendeteksi kecepatan dan kemampuan atlet di cabang tertentu.
“Misalnya di cabang gulat. Jatim mengontrak pelatih asal Yunani yang memang menggunakan teknologi untuk pengembangannya. Sang pelatih, dengan bantuan teknologi bisa menghitung dan membedakan kecepatan pegulat Indonesia dengan negara-negara maju, Yunani misalnya, dalam hal membanting lawan. Nah, yang seperti ini yang harus kita kembangkan,” jelas Emrizal.
Emrizal meminta, Litbang KONI Riau harus bekerja dan memahami hal-hal seperti ini. Selain untuk mendeteksi kemampuan atlet sejak dini, juga mendeteksi potensi cedera atlet agar saat tenaganya dibutuhkan di medan laga, dia siap. Jika ia cedera, bisa diketahui cederanya sejak dini.
Emrizal juga menjelaskan bahwa para pelatih harus memahami teknologi seperti pelatih-pelatih negara maju yang memang menjadikan teknologi sebagai basis dalam menganalisis kekuatan atlet sendiri maupun kekuatan lawan dalam pertandingan. Jika pelatih memiliki kemampuan teknis dan teknologi, dan itu bisa diterapkan, maka prestasi olahraga akan bisa didapatkan.
“Pelatihan ini penting agar para pelatih memahami bagaimana membuat program latihan yang benar dari awal sampai akhir; memahami teknologi olahraga untuk meningkatkan prestasi atlet; dan memahami psikologi atlet. Tentang psikologi juga penting. Pendekatan psikologi bisa memberi kekuatan atlet saat bertanding, termasuk ketika harus menghadapi lawan yang kekuatannya di atas atlet kita,” ungkap Emrizal lagi.
Di bagian lain, Ketua Panitia Pelaksana, T Agustaruddin Syafei, menjelaskan, kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas pelatih Riau menjelang Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) Bangka-Belitung (Babel) yang merupakan ajang kualifikasi PON 2016 Jawa Barat (Jabar), kualifikasi PON non-Porwil (kejurnas), maupun saat tampil di PON 2016.
“Sasaran antara pelatihan ini adalah agar para pelatih menambah ilmunya saat Porwil maupun kualifikasi PON lainnya, dan sasaran akhirnya adalah prestasi tinggi di PON 2016 Jabar,” jelas Ketua Bidang Pendidikan, Latihan, dan Penataran (Diklatar) KONI Riau ini.(*)