PORPROV VIII Riau di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) akan dihelat Oktober 2014 mendatang. Berbagai persiapan terus digesa untuk mensukseskan iven tiga tahunan itu. Mulai dari persiapan kepanitiaan, fasilitas pertandingan, infrastruktur, akomodasi serta beberapa persiapan lainnya. Untuk mengetahui sudah sejauhmana persiapan Inhu sebagai tuan rumah Proprov 2014, berikut penjelasan yang disampaikan Ketua KONI Riau, H Emrizal Pakis.
Penyelenggaraan Porprov VIII semakin dekat, sudah sejauhmana persiapan yang dilakukan?
Ya, untuk pelaksanaan Porprov VIII sampai sejauh ini belum menemui kendala yang berarti. Semuanya masih berjalan sesuai rencana. Dapat kami pastikan Porprov akan dimulai pada 18 Oktober 2014 dengan mempertandingkan 17 cabang olahraga.
Langkah-langkah persiapannya ada beberapa hal. Yang pertama bisa saya sampaikan panitia penyelenggara itu ada di Kabupaten Inhu. Sedangkan kami dari KONI Riau bertugas memberikan penguatan sebagai tim pengawas dan pengarah, technical delegate serta tim keabsahan yang disiapkan.
Tugas-tugas pengawas dan pengarah ini adalah untuk menyukseskan penyelenggaraan. Sementara technical delegate lebih kepada pendekatan kelancaran penyelenggaraan, sedangkan tim keabsahan itu lebih kepada pendekatan regulasi baik itu pertandingan, hukum, dan keabsahan atlet. Misalnya mutasi atlet antar-kabupaten di Riau maupun antar-Provinsi Riau dengan daerah lain.
Apa saja yang sudah dilakukan tim-tim yang dibentuk tadi?
Dari aspek penyelenggaraan di daerah sampai saat ini masih terus kami monitor. Tim technical delegate juga sudah melakukan peninjauan keseluruh venue cabang olahraga. Sedangkan tim keabsahan masih terus melakukan persiapan bersama panitia daerah memastikan regulasi dan aspek hukum pertandingan nanti sudah sesuai sebagaimana mestinya.
Yang menjadi pekerjaan ke depan adalah mempersiapkan finalisasi peralatan pertandingan. Kami masih mengomunikasikan antara panitia di daerah dengan Dispora Riau, bilamana ada peralatan yang akan dipinjam pakai dari peralatan pasca-PON lalu. Ini sudah kami lakukan pertemuan-pertemuan.
Bagaimana dengan pembiayaan penyelenggaraan?
Dari aspek pembiayaan, kami sudah melakukan pertemuan dengan panpel. Ketuanya hadir, dan kami memberikan beberapa solusi. Solusi dasar dulu, bantuan untuk penyelenggaraan itu sudah tersedia Rp5 miliar di KONI, yang merupakan bantuan dari Pemprov Riau. Jumlah itu sama besarnya dengan dana yang tersdia saat penyelenggaraan Porprov di Inhil.
Tapi, andaikata kabupaten merasa jumlah itu masih belum memenuhi kebutuhan, kami menganjurkanya agar panitia daerah melakukan komunikasi dengan Pengprov supaya ini jangan sampai menjadi kendala.
Bagaimana persiapan kontingen yang akan turun di Porprov?
Dapat saya sampaikan di sini, 12 kabupaten dan kota termasuk Rokan Hilir sudah memastikan diri ambil bagian di Porprov kali ini. Nah, sesuai dengan fase-fase tahapan yang harus dilalui, saat ini kami sudah menyelesaikan tahapan entry by number. Jadi kabupaten/kota sudah menyampaikan cabang dan nomor pertandingan apa yang akan mereka ikuti.
Setelah proses entry by number ini selesai, kami akan lanjut kepada proses entry by name. Harapan kami, paling tidak tiga bulan jelang pertandingan, entry by name sudah masuk. Tapi semua bermuara pada kesiapan panitia di Inhu. Selain itu, kami juga sedang menjadwalkan CDM Meeting. Seminggu setelah Idul Fitri lalu, kami sudah melakukan rapat koordinasi menyeluruh dengan seluruh panitia, pengprov, dan semua yang terlibat di iven ini.
Sampai saat ini kepengurusan KONI Rokan Hilir belum dilantik, apakah ini tidak mempengaruhi keikutsertaan mereka?
Rohil pasti ikut. Dan kemudian kami akan segera melantik kepengurusannya. Kepengurusannya juga sudah mereka siapkan dan sedang kami proses. Tinggal dikomunikasikan kapan dijadwalkan pelantikannya, sehingga tidak ada halangan untuk melakukan pelantikan. Kapan mereka siap, kami juga sudah siap.
Akomodasi menjadi hal paling krusial dalam penyelenggaraan iven olahraga, bagaimana persiapan di Inhu?
Akomodasi ini memang menjadi perhatian khusus kami. Kami berharap pertemuan kontingen-kontingen Porprov bisa dilakukan secepatnya di Inhu. Agar masing-masing ketua kontingen bisa langsung melihat di mana lokasi pertandingan dan di mana lokasi pemondokan.
Selama ini, banyak daerah hanya berpikir prestasi secara instan di ajang Porprov, yang ditandai dengan banyaknya atlet “carteran” dari daerah lain yang diturunkan. Bagaimana pandangan Anda?
Ya, kalau kami melihat pengalaman yang terjadi, menurut teman-teman masa lalu, apabila ada atlet yang didatangkan dari luar, kelemahan yang didapat ketika atlet tersebut diminta memperkuat kontingen daerah, katakanlah Riau, itu tidak bisa diturunkan. Karena mereka pasti tercatat sebagai atlet dari luar Riau.
Oleh karenannya, kami akan melakukan penguatan atlet daerah di ajang Porprov kali ini. Kalau kita bisa dapat 100% asli atlet daerah Riau, maka kita akan diuntungkan. Tetapi jika nanti ada atlet yang didatangkan dari luar, maka harus lengkap persyaratan administrasinya. Itu yang penting.
Syarat administrasi yang pertama itu harus ada kontrak yang kuat. Bila dia berprestasi, dia tetap membawa nama Riau, sehingga tidak muncul klaim dari daerah lain. Syarat lain seperti domisili serta penegasan atlet harus tunduk kepada pembinaan yang dilakukan cabor di Riau harus ditegaskan. Kalau semua persyaratan itu tidak terpenuhi, maka tidak ada toleransi untuk mengambil atlet dari luar Riau. Karena Porprov ini adalah ajang regenerasi atlet, ajang pencarian potensi atlet berprestasi yang memang kita siapkan membela Riau di ajang nasional. Katakanlah seperti Kejurnas dan PON XIX di Jawa Barat.
Apakah selama ini proses regenerasi melalui ajang Porprov dan sejenisnya sudah berjalan di Riau?
Saya rasa sudah berjalan, tetapi jalannya masih lambat. Sebenarnya kami melakukan penguatan untuk itu. Misalnya dengan membantu penguatan atlet untuk Kejurnas. Misalnya saja seperti I Gede Siman Sudartawa, atlet renang, yang saat ini berada pada puncak prestasi. Kemudian kita lihat ada Azzara yang muncul sebagai regenerasi atlet berprestasi bagi Riau. Begitu juga misalnya M Fauzan di cabor senam yang baru muncul. Di cabor atletik khusus nomor cepat yang selama ini dikuasai Akmali Sauda, kini sudah bisa diimbangi juniornya, Muhammad Fikri.
Selama ini penetapan cabor di Porprov belum mampu mengakomodir semua cabang potensi dan unggulan Riau di tingkat nasional. Tuan rumah Porprov bisa saja meniadakan cabor tertentu yang dianggap merugikan mereka. Bagaimana menurut Anda?
Ya, kami memang tidak bisa mengakomodir semua cabang olahraga yang ada, khususnya yang dipertandingkan di PON. Karena kemampuan kita masih terbatas, baik anggaran, maupun venues pertandingan juga cukup berat terpenuhi. Berkaitan dengan cabor, ada baiknya kami mengedepankan cabor unggulan kita, itu yang tidak boleh ditinggalkan. Yang kedua itu adalah cabor yang prospektif dalam mendatangkan medali di tingkat nasional.
Kadang kala yang menjadi masalah adalah, cabor yang kita andalkan itu, tidak bisa dipertandingkan akibat tidak adanya fasilitas pertandingan. Misalnya seperti cabor renang kita yang mulai bangkit, tetapi di Inhu tidak bisa dipertandingkan, karena tidak ada fasilitasnya. Inilah yang menjadi hambatan-hambatan bagi kita. Dan yang tak kalah penting, jangan sampai kita meninggalkan cabang olahraga permainan yang banyak digandrungi masyarakat seperti sepakbola, voli dan Basket. Ini juga harus kami perkuat di ajang ini.
Malahan dalam visi misi saya ketika maju menjadi Ketua KONI dulu, cabor-cabor ini akan diperkuat melalui pembibitan. Kita akan cari bibit berbakat untuk ketiga cabor tersebut.
Salah satu program andalan Anda saat maju menjadi Ketua KONI, adalah menjadikan dunia usaha sebagai mitra kerja dalam pembinaan atlet baik sebagai bapak angkat dan menyukseskan iven olahraga, bagaimana implementasinya di ajang Porprov ini?
Jadi memang saya ingin melakukan penguatan itu. Saya juga sudah sampaikan ini suatu kesempatan kepada Gubernur Riau selaku Dewan Pelindung KONI Riau. Beliau sependapat bahwa dunia usaha ini memang harus menjadi mitra penting dalam membangun dunia olahraga. Jadi tinggal kita menunggu momen untuk bertemu langsung dengan dunia usaha ini. Nah, bisa saja pendekatan untuk kerjasama ini dalam bentuk program CSR mereka, dan kami tidak meminta yang muluk-muluk dari mereka ini.
Apapun bentuk bantuan kemitraan yang mereka berikan kami akan welcome dan terima. Misalnya seperti cabor dayung yang venue-nya ada di Kuansing, ada perusahaan yang ingin membantu, tidak mesti dalam bentuk uang. Bisa saja mereka membantu dalam bentuk suplemen bagi atlet, melakukan penguatan pembinaan atlet waktu latihan, dll.
Pola kemitraan ini sebenarnya sudah berjalan, seperti PT RAPP misalnya, mereka sudah punya atlet karate yang masuk dalam skuad karate Riau. Tetapi pembinaannya masih bersifat dari bawah, atau atlet ini masih dalam tahap pembinaan menuju prestasi nasional. Sementara ada atlet berprestasi nasional, membutuhkan biaya, biaya itu terbatas dipenuhi oleh KONI, kalau memungkinkan ini di-back-up oleh perusahaan juga.
Sebenarnya tidak hanya RAPP, saya dengar ada beberapa perusahaan lain seperti PT Indah Kiat juga ikut melakukan kemitraan. Mereka mengaku ikut memberi dukungan kepada cabor badminton, tetapi seperti apa persisnya, belum kami gali secara mendalam. Jadi, jika memang pembinaan ini berkaitan dengan KONI, kami sudah berbicara soal prestasi, tidak lagi berkutat pembinaan olahraga-olahraga standar lagi.
Kami berharap kemitraan dengan dunia usaha itu membina atlet berprestasi. Artinya RAPP menyumbangkan medali emas bagi Riau melalui cabang olahraga karate misalnya. Begitu juga dengan perusahaan lainnya. Pola-pola seperti inilah yang kami harapkan terbangun ke depannya.
Apa harapan Anda terhadap penyelenggaraan Porprov ini?
Saya berharap pelaksanaan Porprov di Inhu berjalan dengan semangat sportivitas. Karena kesuksesan pelaksanaan harus didukung oleh sportivitas. Saya juga berharap Porprov menjadi ajang prestasi. Paling tidak ada dua hasil yang kita capai di ajang ini. Kita bisa menemukan atlet di bawah 17 tahun yang prestasinya gemilang, dan kita siapkan untuk PON remaja pada Desember mendatang. Yang kedua adalah kita menemukan atlet dengan prestasi gemilang yang siap diturunkan di PON XIX di Jawa Barat tahun 2016.
Jadi, ketika Porprov ini berakhir, atlet-atlet yang berprestasi ini langsung kita tarik dan kita lakukan penguatan pembinaan lebih lanjut. Karena kita tidak punya waktu banyak. Desember harus bersiap menyambut PON Remaja, 2015 kita menghadapi kualifikasi PON, dan 2016 kita ditunggu PON.***