Seleksi Mendadak, Hasil Tak Maksimal

basket_02

Basket adalah satu dari 15 cabang olahraga yang dipertandingkan pada PON Remaja bulan November mendatang di Surabaya. Pengprov Perbasi Riau langsung bergerak cepat untuk menyiapkan tim dan menggelar seleksi KU-16 pada Sabtu (19/4) dan Ahad (20/4) di Hall A Sport Center Rumbai. Dari 52 pemain putra dan 27 putri yang ikut seleksi, tim penyeleksi yang terdiri dari Dewit, Muhammad Mas’ud Kasim, Abraham Bagaswara, Jenny Nidya, Robi Seiko Seiki dan Eka Trisna akhirnya menetapkan 20 pemain putra dan 20 pemain putri.

“Itu belum final. Bisa ada yang dicoret dan ada lagi pemain yang masuk yang kualitasnya lebih bagus, karena tidak semua daerah mengirimkan pemain mereka,” ujar Sekretaris Umum Perbasi Riau, Yafri Yahya.

Ya, dalam seleksi dua hari itu memang belum semua pemain terbaik di Riau yang mengikuti seleksi ini. Sebab Kuantan Singingi (Kuansing), salah satu kekuatan basket muda potensial saat ini di Riau tak ikut dalam seleksi ini. Demikian juga dengan Dumai dan Kepulauan Meranti. Ketua Harian Perbasi Kuansing, Surya Kurniawan menjelaskan, sulit bagi pihaknya untuk mengirimkan pemain pada seleksi yang terkesan mendadak ini. Pasalnya pihaknya mendapat pemberitahuan seleksi bukan dari Perbasi Riau, tapi dari Dewit (salah satu pelatih yang ditunjuk Sekum Perbasi Riau, Yafri Yahya) melalui SMS, bukan melalui surat atau email. Terang hal itu membuat Surya meradang.

“Pengprov Perbasi mengadakan seleksi atlet KU-16 untuk PON Remaja, Sabtu (19/4) dan Minggu (20/4) pukul 08.00 WIB di Hall A Rumbai. Semua biaya peserta dari pengkot atau pengcab masing-masing,” ujar Surya membacakan SMS dari Dewit.

“Kalau tanpa ada surat dan bukan pula dari pengurus Perbasi Riau, bagaimana bagi kami menjelaskan kepada orangtua pemain untuk mengirim mereka ke Pekanbaru? Apalagi jarak tempuh dari Telukkuantan ke Pekanbaru cukup jauh dan mereka harus menginap. Hal seperti ini, tidak bisa dalam sebuah organisasi. Perbasi Riau juga tidak pernah memusyawarahkan hal seperti ini. Saya tahu itu karena saya juga duduk di kepengurusan Perbasi Riau,” ujar Surya.

Lebih jauh Surya pun mengkritik Perbasi Riau yang sudah tidak berjalan sebagaimana layaknya organisasi lagi. Selain kepenguru­sannya gemuk (49 orang), Perbasi Riau juga tidak pernah rapat atau musyawarah selepas PON 2012 lalu. Menggelar Kejurda KU-18 di Pelalawan tahun lalu, juga tanpa ada rapat. Hal itu pula yang membuat Kuansing tak ambil bagian di Kejurda itu.

Surya juga memaparkan, saat ini bola basket Riau sedang memiliki momentum yang bagus. Sukses meraih medali emas putra dan perak putri pada Popwil tahun lalu di Sumatera Utara, berarti Riau punya kans setidaknya di bagian putra bisa mengukir sejarah pada Porwil 2015 dan lolos ke PON 2016 di Jawa Barat. Menurutnya sangat disayangkan sekali bila Pengprov Perbasi Riau tidak berja­lan sebagaimana mestinya. Perbasi Riau harus mendata siapa-saipa atlet potensialnya. Jangan sampai kasus pada PON 2012, di mana pemain potensial seperti Tony Sugiharto dan Papin Robertus Nadap­dap justru bermain di daerah lain, Sumatera Selatan.

“Saya pikir Perbasi Riau harus segera duduk bersama dan menggelar musyawarah daerah luar biasa dan membentuk kepengurusan baru yang lebih ramping dan benar-benar bekerja sesuai aturan organisasi untuk kemajuan bola basket Riau,” jelas Surya.(p-6)

Beri rating artikel ini!